gak selalu pak. loyalitas dalam arti abdi seseorang kepada atasannya masih bisa dinilai. mungkin ada atasan yang kejam. tapi dengan harga yang layak, orang itu bisa saja memaksa dirinya untuk betah. tapi di sisi lain, kalau ada perbandingan yang lebih baik dengan gaji yang misalnya gak jauh beda, loyalitas seseorang akan diuji.
loyalitas gak bisa diukur. tapi kalau ada perbandingan yang serupa seperti kejadian yang saya contohkan, orang yang paling loyal sekalipun bisa tergoda.
lebh penting faktor kepercayaan. loyalitas mungkin bisa dibeli, dan sekalinya hilang masih bisa dateng. tapi kalo kepercayaan itu gak bisa dibeli, dan sekalinya hilang, butuh waktu lama buat ada lagi :)
disini kok kesannya pengusaha yang dibutuhkan karyawan? bukannya sebaliknya ya karyawan yang harusnya lebih dibutuhkan sama para pengusaha supaya usahanya jalan?
sama2 membutuhkan. gak ada usaha yang maju tanpa karyawan kompeten dan berdedikasi. dan gak ada karyawan bisa berkarir dan hidupnya berkecukupan kalau atasannya gak bisa jadi atasan yang bener dan bisa ngedidik sesuai pedoman jalannya usaha.
memang hampir selalu begitu. pengusaha identik sama mereka yang nekat dan berduit. sementara itu karyawan itu ibarat orang yang punya tenaga dan pikiran, tapi minus duit.
realitanya, di dunia ini orang susah bisa makan kalo modalnya cuma tenaga sama pikiran doang. gak bisa kan beli makan di restoran dengan bayaran cuci piring? gak jamannya lagi buat barteran soalnya. hehe
sama ngebutuhin. memang pengusaha posisinya lebih berkesan diatas karena mereka adalah secara teori atasan dari para karyawan, tapi di prakteknya selama si karyawan ini seorang profesional, si pengusaha gak bisa apa2 selain ngikutin jalan kemauan si karyawan. ya misalnya pengacara atau dokter dan arsitek. programmer dan designer.
semua dalam suatu badan dan terlibat, adalah satu kesatuan. dari bos direktur sampai office boy. semua punya peran semua punya job desc semua punya suara. walaupun sebagian dari mereka lebih dibutuhkan dibanding yang lain, perusahaan berjalan karena keterlibatannya semua pihak.
semua dalam suatu badan dan terlibat, adalah satu kesatuan. dari bos direktur sampai office boy. semua punya peran semua punya job desc semua punya suara. walaupun sebagian dari mereka lebih dibutuhkan dibanding yang lain, perusahaan berjalan karena keterlibatannya semua pihak.
gak bermaksud kasar tp posisi OB masih lebih gampang diganti.
setuju sama pendapat posisi karyawan itu berpengaruh. tapi hanya di jabatannya aja. jadi orang inti yang ngejalanin usaha itu yang pengaruh. OB hanya punya andil tapi gak berpengaruh dalam jalannya perusahaan.
maksudnya disini adalah kemampuan teknis dan ilmu. selama sejalan sama jenis usahanya ya pasti dia ada pengaruh.
tergantung dari jenis usahanya kali. kalo usahanya memang ngebutuhin skill intelek tinggi, orang yang berilmu lebih penting dari yang punya otot. tapi kalo usahanya jasa pengangkutan barang misalnya, buat apa butuh skill kelas universitas strata 2? :)
Usaha mau bidang apa pun butuh manajemen sama kemampuan profesional. Jangan salah anggap kalau orang pekerja kasar itu gak punya kemampuan.
Pekerja kasar boleh punya pendidikan formal rendah. Misalnya tukang atau teknisi. Tapi skill dan pengalaman yang dihitung disini. Orang yang punya pendidikan formal tinggi lebih sering di office ngurusin tinta printer sama kertas dan komputer.
Intinya tetep sama. Mau kerjanya apa juga selama dia kerja di perusahaan, mereka satu kesatuan. Orang boleh aja jadi atasan dan yang lain bawahan. Tapi tanpa bawahan dia gak bisa disebut atasan kan?
istilahnya blue collars. di indonesia masih kurang dianggap dan cenderung masuk ke jejeran buruh dan karyawan upahan. padahal diluar kerjaan ini butuh intelek dan skill tinggi, punya standard dan upahnya sepadan sama gaji pegawai.
setiap hari buruh yang di demo hampir sama aja setiap tahun. sebagai buruh mereka ingin sederajad dan lebih dihargai. tapi buat mereka yang lulusan sarjana dan pekerja kantoran, mereka tidak mau disamakan gajinya dengan buruh yang lulusan SD.
saya setuju sama pendapatnya. siapa juga yang udah kuliah tinggi2, kerja pakai mobil, dalam ruangan ac, punya anak buah dan gak main kotor minim resiko mau disamain gajinya sama buruh yang kerjanya kasar dan penuh resiko. belum lagi mereka kerja kena pajak dan potongan2 lainnya. buruh kebanyakan bersih gajinya.
sekarang kalau buruh mau dinaikan, okelah itu wewenang si bos dan peraturan yang ada. tapi pegawai swasta juga harus ditingkatin juga.
buruh diluar sama buruh di indonesia jangan disamain. walaupun kerjanya sama2 kasar, tapi mereka punya etos kerja dan standard yang kita gak punya.
perusahaan kecil kalau tender proyek gede harus ada standardnya. ini juga udah internasional... memang sih belum dimasukin ke standard perusahaan, hanya misalnya kelengkapan atribut khusus untuk proyek itu aja, setelah itu balik lagi kerja pakai atribut non-standard.
Benar sekali. Hal ini paling sering dirasakan sama orang indo yang kuliah maupun kerja disana. Walaupun gak punya mobil, perbaikan2 kecil misalnya di rumah sendiri seperti benerin heater sampai pipa bocor, harganya mahal. Mending beli tools sendiri dan ngerjain sendiri.
Kalau di indo tinggal panggil tukang ledeng atau tukang pompa, bayar gak seberapa udah seperti baru.
mungkin bedanya kalo disana profesi itu identik sama hal yang profesional mau apapun kerjaannya. contohnya aja supir bus, supir taxi, tukang ledeng. mereka lebih ngedepanin posisi mereka sebagai profesi yang profesional dan handal.
contoh kerennya lagi misalnya pemadam kebakaran. disana kerjaan in gengsinya tinggi sampe banyak anak2 disana pengen jadi petugas pemadam. coba bandingin sama di sini.
profesional itu orang yang kerjaannya sesuai profesi. supir bus atau supir angkot memang profesionalnya disana karena kerjaannya disana. mau handal apa gak, gak ada hubungannya sama profesional.
siapa yang bilang gak punya kemampuan?? kesinggung kayaknya si mbak :p
OB dan teknisi kecil2an memang punya skill kok. walaupun skill mereka skill dasar, mereka dibutuhin karena orang kita kebanyakan kalo punya duit dan bisa beli jasa, mending beli jasa dibanding repot. kasar kata seperti nyewa pembantu lah. walaupun TKI misalnya, si majikan bisa aja nyetrika... tapi intinya kalo punya duit ya kenapa gak?
mau naikin ekonomi secara menyeluruh, gak cuma pemerintah yang harus turun atau pengusaha. pengusaha mungkin bisa buka lahan baru buat pekerjaan, tapi kalau proyeknya minim, daya rekrutnya juga berkurang. gaji juga segitu2 aja.
pemerintah disini bisa ngasih solusi dengan membuat proyek. misalnya pembangunan jembatan atau jalan tol, atau semacamnya. ini proyek jangka panjang dan bisa ngebuka peluang buat para pengusaha untuk nyari tenaga kerja tambahan. semakin banyak orang bekerja, berkurangnya pengangguran, taraf hidup secara global juga meningkat secara otomatis.
ukuran pengusaha buat buka lapangan pekerjaan variatif. sekarang kalo usaha besar misalnya, dukungan pemerintah lebih besar dibanding usaha kecil yang kesannya digencet. pengusaha kecil yang harus didukung ekstra, bukan cuma kalangan UKM dan pedagang kecil aja.
pengusaha juga pedagang. selain ngasilin duit buat diri sendiri, dia juga ngasih manfaat ke lingkungan sekitarnya. pemerintah harus perhatiin itu.
ukm sudah banyak yang didukung. misalnya startup yang dibantu pendanaannya, dan juga kemudahan dalam pendaftaran usaha. ukm yang gak didukung kebanyakan yang liar dan gak ngikutin peraturan yang berlaku. bukan cuma karena gak bayar pajak, tapi mereka juga meresahkan pedagang/pengusaha lain yang memang membayar pajak dan ngikut peraturan. ya contohnya seperti pedagang kaki 5 yang liar2.
kalo di target proyek skala besar, ini pasti melibatkan pihak2 besar juga. proyek ini jangka panjang bukan buat menggantikan peran mereka yang kecil, tapi membantu ekonomi secara keseluruhan.
nah ini benar. buka proyek baru, apapun lah itu, baru deh buka lapangan pekerjaan. masalahnya, proyek butuh duit bos... anggaran pemerintah terbatas, belum lagi karena kortingan sesi selip2an masuk dompetnya :)
jadi kalo mau ada proyek, dana dibengkakin dulu sekian persen karena sekian persen ini isitilahnya "buang sial" bagi2 dana siluman. haha
Mgebahas negara dan pejabatnya yang korupsi gak bakalan ada habisnya. Adalah suatu yang umum untuk korupsi di hari gini, dan yang disayangkan itu cuma kenapa orang gak ada malunya lagi.
Banyak orang yang pengen jadi pejabat karena jabatannya dianggap wah. Di sisi lain, orang pada mikir kalo pejabat itu identik dengan mereka yang banyak duitnya. Ini ada benernya, tapi pejabat yang bener2 bersih, gak akan pernah sekaya yang dibayangkan kebanyakan orang. Jadi di satu sisi orang pada ngidam jadi pejabat, tapi di sisi lain, mereka melaknat.
Di indonesia, korupsi bukan hal yang rahasia lagi. Bukan cuma pejabat, orang kecil pun bisa. Alasannya aja beda. Orang kecil ya alasannya karena uangnya memang kurang, kontras sama pejabat yang hidupnya udah ditanggung.
Kan beda kelas :) yang satu kelas kakap yang satunya lagi kelas teri. Namanya juga godaan.. Yang kuat imannya aja bisa goyang apalagi tipikal pejabat :))
singkatnya:
loyalitas gak bisa dibeli. loyalitas hanya bisa didapat kalau semua pihak saling menghargai :)
gak selalu pak. loyalitas dalam arti abdi seseorang kepada atasannya masih bisa dinilai. mungkin ada atasan yang kejam. tapi dengan harga yang layak, orang itu bisa saja memaksa dirinya untuk betah. tapi di sisi lain, kalau ada perbandingan yang lebih baik dengan gaji yang misalnya gak jauh beda, loyalitas seseorang akan diuji.
loyalitas gak bisa diukur. tapi kalau ada perbandingan yang serupa seperti kejadian yang saya contohkan, orang yang paling loyal sekalipun bisa tergoda.
walaupun gak bisa dibeli, bisa dituntut dari kekuasaan dan ngebuat rasa hormat berdasarkan takut. seperti anceman gitu lah...
lebh penting faktor kepercayaan. loyalitas mungkin bisa dibeli, dan sekalinya hilang masih bisa dateng. tapi kalo kepercayaan itu gak bisa dibeli, dan sekalinya hilang, butuh waktu lama buat ada lagi :)
disini kok kesannya pengusaha yang dibutuhkan karyawan? bukannya sebaliknya ya karyawan yang harusnya lebih dibutuhkan sama para pengusaha supaya usahanya jalan?
sama2 membutuhkan. gak ada usaha yang maju tanpa karyawan kompeten dan berdedikasi. dan gak ada karyawan bisa berkarir dan hidupnya berkecukupan kalau atasannya gak bisa jadi atasan yang bener dan bisa ngedidik sesuai pedoman jalannya usaha.
saling membutuhkan, gak ada yang unggul disini.
memang hampir selalu begitu. pengusaha identik sama mereka yang nekat dan berduit. sementara itu karyawan itu ibarat orang yang punya tenaga dan pikiran, tapi minus duit.
realitanya, di dunia ini orang susah bisa makan kalo modalnya cuma tenaga sama pikiran doang. gak bisa kan beli makan di restoran dengan bayaran cuci piring? gak jamannya lagi buat barteran soalnya. hehe
makan susah... gak ada istilah makan gratis hari gini :)
sama ngebutuhin. memang pengusaha posisinya lebih berkesan diatas karena mereka adalah secara teori atasan dari para karyawan, tapi di prakteknya selama si karyawan ini seorang profesional, si pengusaha gak bisa apa2 selain ngikutin jalan kemauan si karyawan. ya misalnya pengacara atau dokter dan arsitek. programmer dan designer.
semua dalam suatu badan dan terlibat, adalah satu kesatuan. dari bos direktur sampai office boy. semua punya peran semua punya job desc semua punya suara. walaupun sebagian dari mereka lebih dibutuhkan dibanding yang lain, perusahaan berjalan karena keterlibatannya semua pihak.
gak bermaksud kasar tp posisi OB masih lebih gampang diganti.
ya kalo mau bikin kopi atau beli makanan kudapan sendiri sih gpp :p
gak kasar tapi kedengerannya kasar bro :/
mungkin memang benar, tapi tanpa OB repot juga kalau urusan. Mirip seperti pembantu, gak ada ya bisa2 aja, tapi kan jadi repot pak.
setuju sama pendapat posisi karyawan itu berpengaruh. tapi hanya di jabatannya aja. jadi orang inti yang ngejalanin usaha itu yang pengaruh. OB hanya punya andil tapi gak berpengaruh dalam jalannya perusahaan.
maksudnya disini adalah kemampuan teknis dan ilmu. selama sejalan sama jenis usahanya ya pasti dia ada pengaruh.
tergantung dari jenis usahanya kali. kalo usahanya memang ngebutuhin skill intelek tinggi, orang yang berilmu lebih penting dari yang punya otot. tapi kalo usahanya jasa pengangkutan barang misalnya, buat apa butuh skill kelas universitas strata 2? :)
Usaha mau bidang apa pun butuh manajemen sama kemampuan profesional. Jangan salah anggap kalau orang pekerja kasar itu gak punya kemampuan.
Pekerja kasar boleh punya pendidikan formal rendah. Misalnya tukang atau teknisi. Tapi skill dan pengalaman yang dihitung disini. Orang yang punya pendidikan formal tinggi lebih sering di office ngurusin tinta printer sama kertas dan komputer.
Intinya tetep sama. Mau kerjanya apa juga selama dia kerja di perusahaan, mereka satu kesatuan. Orang boleh aja jadi atasan dan yang lain bawahan. Tapi tanpa bawahan dia gak bisa disebut atasan kan?
istilahnya blue collars. di indonesia masih kurang dianggap dan cenderung masuk ke jejeran buruh dan karyawan upahan. padahal diluar kerjaan ini butuh intelek dan skill tinggi, punya standard dan upahnya sepadan sama gaji pegawai.
setiap hari buruh yang di demo hampir sama aja setiap tahun. sebagai buruh mereka ingin sederajad dan lebih dihargai. tapi buat mereka yang lulusan sarjana dan pekerja kantoran, mereka tidak mau disamakan gajinya dengan buruh yang lulusan SD.
menurut saya itu wajar.
saya setuju sama pendapatnya. siapa juga yang udah kuliah tinggi2, kerja pakai mobil, dalam ruangan ac, punya anak buah dan gak main kotor minim resiko mau disamain gajinya sama buruh yang kerjanya kasar dan penuh resiko. belum lagi mereka kerja kena pajak dan potongan2 lainnya. buruh kebanyakan bersih gajinya.
sekarang kalau buruh mau dinaikan, okelah itu wewenang si bos dan peraturan yang ada. tapi pegawai swasta juga harus ditingkatin juga.
buruh diluar sama buruh di indonesia jangan disamain. walaupun kerjanya sama2 kasar, tapi mereka punya etos kerja dan standard yang kita gak punya.
etos kerja dan standard. masih banyak yang belum ngutamain.
perusahaan kecil kalau tender proyek gede harus ada standardnya. ini juga udah internasional... memang sih belum dimasukin ke standard perusahaan, hanya misalnya kelengkapan atribut khusus untuk proyek itu aja, setelah itu balik lagi kerja pakai atribut non-standard.
Kalau mau punya standard yang harus ada modal. Perusahaan gede pasti punya.
Disiplinnya juga lebih. Mereka dibayar per jam bukan per proyek. Jadi kalo disini mirip tukang harian bukan borongan.
Bener bos... Makanya di internet banyak hal2 mekanik misalnya yang DIY alias do it yourself. Ini solusi karena harga jasa di luar sana sangat mahal.
Di indonesia kita dimanjain sama harga jasa murah. Di luar boro2 bisa bayar jasa bener2in barang secara gaji gedean dia. Hahaha
Maksudnya hal2 teknis kali.
Memang karena mahal sih harganya. Selama bisa dikerjain sendiri kenapa gak? :) orang kita aja yang manja. Hehee
Benar sekali. Hal ini paling sering dirasakan sama orang indo yang kuliah maupun kerja disana. Walaupun gak punya mobil, perbaikan2 kecil misalnya di rumah sendiri seperti benerin heater sampai pipa bocor, harganya mahal. Mending beli tools sendiri dan ngerjain sendiri.
Kalau di indo tinggal panggil tukang ledeng atau tukang pompa, bayar gak seberapa udah seperti baru.
mungkin bedanya kalo disana profesi itu identik sama hal yang profesional mau apapun kerjaannya. contohnya aja supir bus, supir taxi, tukang ledeng. mereka lebih ngedepanin posisi mereka sebagai profesi yang profesional dan handal.
contoh kerennya lagi misalnya pemadam kebakaran. disana kerjaan in gengsinya tinggi sampe banyak anak2 disana pengen jadi petugas pemadam. coba bandingin sama di sini.
tanpa maksud diskriminasi, tapi kerjaan itu disana termasuk pekerjaan bergengsi. kontras sama disini.
profesional itu orang yang kerjaannya sesuai profesi. supir bus atau supir angkot memang profesionalnya disana karena kerjaannya disana. mau handal apa gak, gak ada hubungannya sama profesional.
padahal kalo disini duitnya gedean borongan ya? hehe
Jangan lupa tenaga upah. Banyak profesi yang walaupun gak kasar tapi suka gak diikutsertain. Misalnya guru dan ustadz yang ngajar ngaji.
siapa yang bilang gak punya kemampuan?? kesinggung kayaknya si mbak :p
OB dan teknisi kecil2an memang punya skill kok. walaupun skill mereka skill dasar, mereka dibutuhin karena orang kita kebanyakan kalo punya duit dan bisa beli jasa, mending beli jasa dibanding repot. kasar kata seperti nyewa pembantu lah. walaupun TKI misalnya, si majikan bisa aja nyetrika... tapi intinya kalo punya duit ya kenapa gak?
lama gak login. thread ini rame terus ya? :)
Baru juga 4 halaman :p
Pada demen bahas ginian disini kayaknya. Huehehe
mau naikin ekonomi secara menyeluruh, gak cuma pemerintah yang harus turun atau pengusaha. pengusaha mungkin bisa buka lahan baru buat pekerjaan, tapi kalau proyeknya minim, daya rekrutnya juga berkurang. gaji juga segitu2 aja.
pemerintah disini bisa ngasih solusi dengan membuat proyek. misalnya pembangunan jembatan atau jalan tol, atau semacamnya. ini proyek jangka panjang dan bisa ngebuka peluang buat para pengusaha untuk nyari tenaga kerja tambahan. semakin banyak orang bekerja, berkurangnya pengangguran, taraf hidup secara global juga meningkat secara otomatis.
ukuran pengusaha buat buka lapangan pekerjaan variatif. sekarang kalo usaha besar misalnya, dukungan pemerintah lebih besar dibanding usaha kecil yang kesannya digencet. pengusaha kecil yang harus didukung ekstra, bukan cuma kalangan UKM dan pedagang kecil aja.
pengusaha juga pedagang. selain ngasilin duit buat diri sendiri, dia juga ngasih manfaat ke lingkungan sekitarnya. pemerintah harus perhatiin itu.
ukm sudah banyak yang didukung. misalnya startup yang dibantu pendanaannya, dan juga kemudahan dalam pendaftaran usaha. ukm yang gak didukung kebanyakan yang liar dan gak ngikutin peraturan yang berlaku. bukan cuma karena gak bayar pajak, tapi mereka juga meresahkan pedagang/pengusaha lain yang memang membayar pajak dan ngikut peraturan. ya contohnya seperti pedagang kaki 5 yang liar2.
kalo di target proyek skala besar, ini pasti melibatkan pihak2 besar juga. proyek ini jangka panjang bukan buat menggantikan peran mereka yang kecil, tapi membantu ekonomi secara keseluruhan.
nah ini benar. buka proyek baru, apapun lah itu, baru deh buka lapangan pekerjaan. masalahnya, proyek butuh duit bos... anggaran pemerintah terbatas, belum lagi karena kortingan sesi selip2an masuk dompetnya :)
jadi kalo mau ada proyek, dana dibengkakin dulu sekian persen karena sekian persen ini isitilahnya "buang sial" bagi2 dana siluman. haha
korupsi jamaah
duit bagi2, dosa bagi2, seneng bagi2. tapi giliran ketangkep mulai deh saling nuduh :)
ke nerakanya juga rame2. ntar tinggal pilih siapa yang komat, jadi imam dan yang khotbah. kompak dunia akhirat :))
ini lagi. hahahahaa...
saling nunjuk. "lo aja jadi imam. gua makmum aja."
hahaha
itu namanya setia kawan. seneng bareng, susah juga bareng. tanpa musyawarah pun pada mau gotong royong demi kepentingan dan kedaulatan bersama :))
Junaidi
jadi ngebahas koruptor. hahaha...
topik gak bakalan selesai selama indonesia masih indonesia dan pemerintahannya gak ada perubahan.
Thread 2 tahun. Salah satu thread paling lama ya paling banyak juga ngomongnya
Mgebahas negara dan pejabatnya yang korupsi gak bakalan ada habisnya. Adalah suatu yang umum untuk korupsi di hari gini, dan yang disayangkan itu cuma kenapa orang gak ada malunya lagi.
Banyak orang yang pengen jadi pejabat karena jabatannya dianggap wah. Di sisi lain, orang pada mikir kalo pejabat itu identik dengan mereka yang banyak duitnya. Ini ada benernya, tapi pejabat yang bener2 bersih, gak akan pernah sekaya yang dibayangkan kebanyakan orang. Jadi di satu sisi orang pada ngidam jadi pejabat, tapi di sisi lain, mereka melaknat.
Di indonesia, korupsi bukan hal yang rahasia lagi. Bukan cuma pejabat, orang kecil pun bisa. Alasannya aja beda. Orang kecil ya alasannya karena uangnya memang kurang, kontras sama pejabat yang hidupnya udah ditanggung.
Kan beda kelas :) yang satu kelas kakap yang satunya lagi kelas teri. Namanya juga godaan.. Yang kuat imannya aja bisa goyang apalagi tipikal pejabat :))