Jakarta identik sama macet. Bukan Jakarta namanya kalau gak ada macet dan banjir. PR negara yang belum tuntas ini sudah banyak wacana yang sebagian sudah dicoba. Antara lain:
- Busway - Peremajaan angkutan umum - Pelebaran jalan - Pembebasan tanah - Perluasan jangkauan tol - 3 in 1 - dll.
Tapi semua itu hampir gak ada hasilnya. Kemacetan sepertinya gak ada habisnya, dan banyak yang semakin percayq bahwa dalam tempo beberapa tahun kedepan Jakarta akan stuck.
Solusi pembatasan mobil 10 tahun boleh melintas di jalan protokol adalah salah satu wacana baru Ahok sebagai gubernur DKI. Selain itu, pajak akan dinaikkan.
Apa wacana ini solusi yang bijaksana? Apa bisa dibilang biang dari cikal bakal masalah baru buat negara yang nampaknya gak kelar2 PRnya?
ada 1500 kendaraan baru tiap hari di jakarta. walaupun kebykan org gak bs beli mobil baru tiap 10 thn sekali, jumlah segitu tandanya org pada rela ngeluarin kocek demi kendaraan. walaupun kreditnya lama.
drpd mobil dibatesin 10 thn, kenapa gak penjualannya aja yg dibatesin?
kalo nyuruh org naik angkutan umum, org gak bs dipaksa. dr org yg punya mobil, angkutan umum itu cm alternatif bkn kebutuhan. jd yg harus diubah itu mindsetnya. dan ngubah mindset dari kendaraan pribadi ke angkutan umum gak bisa cm hitungan tahun... bisa beberapa periode jabatan baru org rela ngelepas mobil operasional jd angkutan umum.
hilangin dulu kejahatan di transjakarta sampe 0. banyakin armada, perluas jangkauan ke pelosok2 jakarta dan pinggiran kota yg aman nyaman dan tepat waktu. semua butuh proses. lagipula kebanyakan org yg kerja di jln protokol jakarta tinggalnya di pinggiran kota.
kalau alasannya emisi, mungkin benar karena mobil lawas memang butuh perhatian ekstra lebih untuk perawatan kebersihan gas buang karena jarak tempuh mesin yang jauh. tapi kalau dilihat bukannya angkutan umum lebih kotor gas buangnya dibanding mobil pribadi?
sebelum mobil dibatasi, saya kira lebih baik batasi lagi kendaraan umum yang tidak layak dan tidak aman. pemda harus kerja sama dengan pemprov. dan se-jabodetabek harus bareng jangan hanya jalan protokol saja. kemacetan bukan hanya di jakarta, tapi dimana2.
kalo memang bagus penyelenggaraannya, kenapa gak? walaupun jakarta penuh wacana, mending banyak cerita tapi yang dijalanin sedikit, dibanding gak ada usaha sama sekali.
pemprov boleh bikin cerita, memang dia yang harus ngasih sarana dan sosialisasinya, tapi tujuannya kan buat semua golongan.
2017 terlalu cepet. banyak faktor yang menyebabkan macet. dan itu bukan hanya faktor kendaraan, tapi faktor lingkungan dan disiplin.
sekarang di jakarta, kapan sih bener2 bisa ngeliat trotoar nganggur? gak usah bahas trotoar di kawasan elite atau protokol, tapi di seluruh jabodetabek selain itu.
terus kondisi jalan, faktor pengaspalan gak rapih dan banyak yang kesannya asal tambal. jalan rusak bisa bikin macet. belum juga bentuk jalan yang banyak bottleneck. di jalan protokol aja jalur busway bikin penyempitan jalan di beberapa titik. terus kondisi lampu merah dan penyebrangan yang suka salah sasaran dan salah waktu.
lanjut ke disiplin. ini faktor yang ada unsur sebab-akibat. kondisi jalan yang gak kondusif, gak nyaman dan macet, menyebabkan banyak orang pengen sampe tujuan secepat2nya. serobot2an jadi hal yang wajar, motor naik trotoar, dll. angkot ngetem? mereka cari duit, tuntutan hidup dan desakan juragannya.
ada yang bilang kalo perbandingan kota yang maju dan yang tidak maju bisa dilihat dari tata letak bangunan sama jalanannya. coba liat google maps dan liat jalan jakarta dari atas, dan bandingin sama jalan2 di kota2 maju. apa perbedaan mencoloknya? di jakarta, jalanan kaya mie kriting banyak belok2 dan jarang yang lurus2. sementara di kota2 maju, bangunan itu menyesuaikan sama bentuk jalan jadi rata2 pada lurus2.
kenapa gak solusi perbaikin yang ketahuan salah dibanding bikin solusi baru?
dulu gatot subroto - s. parman lurus sekarang belok2 gara busway. terus sudirman-thamrin juga dibikin belok. gak ada jalan yang lurus sekarang. infrastruktur yang salah, gak mungkin gedung disuruh minggir, adanya lebar jalan yang ngalah :(
kalo negara maju kayaknya yang dibikin jalan dulu baru gedung. bukan gedung dulu baru jalan.
jangan pilih kasih mobil sama motor. dua2nya penyumbang kemacetan. kalo motor sudah dilarang masuk jalan protokol, kenapa mobil gak juga dibatesin?
menurut ane dibanding 3-in-1 yang gak guna, mending pake ERP. 3-in-1 masih bisa ngangkut orang dijalanan tinggal bayar, tapi ERP kan langsung bayar jadi orang bisa aja mikir 2x sebelum masuk kawasan itu.
masyarakat ingin melihat solusi dari auatu masalah dengan adanya usaha yang nampak. misalnya kalau banjir, peninggian jalan dan pemasangan pompa. itu terlihat nyata. dan tidak ada efek samping kecuali mungkin macet pas lagi proses pembuatan.
solusi baru untuk mengatasi masalah yang ada yang menciptakan masalah baru menurut saya seperti jalan di tempat. mobil dilarang, motor dilarang. terus kesana harus naik bus. bus masih padat, tidak nyaman, beresiko keamanan terutama buat kaum hawa, dll. sekarang irang yang bekerja disana sebagian besar tidak tinggal di daerah elit atau mewah atau kisaran jakarta. kebanyakan dari pinggiran kota yang butuh naik angkutan beberapa kali supaya sampai. transisi di jalan protokol harus diimbangi dengan perbaikan angkutan di seluruh jabodetabek.
perbandingannya sengit. kebanyakan orang masih ngandelin mobil sebagai sarana transportasi nyaman tapi lebih lelet. motor memang gak nyaman tapi cepat. sementara angkutan umum gak ada yang nyaman dan gak ada yang cepat kecuali transjakarta. jangkauan diperluas dan penambahan koridor dan unit memang usaha yang bagus.
oh ya, gak ada lagi hukum rimba... dan sistem tilang bener2 adil bagi semua pengguna jalan. kalo yang kecil yang menang atau plat pejabat/militer yang diperbolehkan melanggar ketentuan yang berlaku, itu namanya diskriminasi dan bukan solusi bersama. semoga disiplin jalan bisa ditegakkan soalnya jalan milik bersama.
teori dengan praktek seringkali berbeda. walaupun ada landasan hukum untuk memprosesnya, tapi sebelum sampai hukum pun, celah untuk menghindar masih banyak, dan oknumnya sendiri yang menawarkan.
kesejahteraan belum merata dan tuntutan terlalu besar. itu sebabnya.
satu mobil dilarang keluar hanya akan membuat satu mobil lain ngegantiin. bukan solusi yang pas menurut saya.
tahap2 yang sudah berhasil menurut saya adalah seperti kawasan 3in1 dan busway. pajak progresif juga berhasil walaupun kenaikan nilai per mobil yang rata2 adalah mobil seharga beberapa ratus juta belum terlalu besar jadi masih banyak yang gak masalah.
sering jakarta diperbandingkan dengan singapura yang punya transportasi yang sangat efisien. jakarta masih jauh dari itu, sedikit pun dekat pun tidak. untuk sampai ke tahap itu, kedisiplinan dari semua pihak terkait harus bener2 ada. memberi limit umur kendaraan disaat jakarta lagi cari solusi menurut saya tidak cocok karena transportasi umum belum memadai.
sekarang mari lihat di daerah pinggiran kota jakarta. misalnya depok, bekasi dan tangerang. banyak dari mereka yang sulit dapat akses angkutan umum yang bisa langsung ngebawa mereka ke jakarta. seperti yang banyak orang tahu, kebanyakan dari pekerja kawasan sudirman thamrin adalah mereka yang tinggal di daerah sana. termasuk juga bogor (keluarga muda yang umurnya dibawah 40 tahun).
kenapa saya bilang begitu, harga tanah di jakarta udah mahal banget. jarang usia produktif di umur segitu sudah nyanggup beli tanah di jakarta, tanpa bantuan orang tua atau orang lain. dan mereka yang tinggal disana, banyak yang sulit dapat akses angkutan yang bisa langsung membawanya ke jakarta. alternatif mereka? yang paling populer adalah motor. lalu mobil.
maksud saya disini adalah, penertiban di kawasan sudirman-thamrin, dan juga kuningan, akan berefek banyak kendaraan yang cari jalan pintas dan cari tempat penitipan kendaraan. ini hanya akan membuat kemacetan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. seandainya transportasi umum dibenahi dulu, jadi umpamanya bisa dapet angkutan tidak jauh dari rumah yang langsung bisa membawanya ke tempat kerja dengan cepat aman dan nyaman, tentunya semakin banyak yang gak butuh kendaraan pribadi di jabodetabek ini. mobil dan motor akan lebih sering dikandangin.
kurangi penjualan mobil. ibaratnya begini, seandainya mobil berumur 10 tahun lebih dilarang melintas, penjual mobil baru pasti pasang strategi baru yaitu menjual mobil dengan kredit murah dengan tempo lama. motor pun demikian.
memang harus ditelusuri sampai akarnya, bukan hanya permukaan saja. sama seperti banjir, benar kalau dibilang selama ini kebanyakan penanggulangan banjir adalah mengalihkan titik banjir dari satu tempat ke tempat yang lain.
solusi selama ini, baik macet atau banjir, kebanyakan adalah membuang masalahnya dari satu tempat untuk dioper ke tempat lain. bukan solusi yang efektif untuk jangka panjang.
naikin gaji, sejahterakan swasta dan sebanding sama negeri. hilangkan pungli dan tetapkan kebijaksanaan proyek swasta biar sebanding juga sama bumn. pendapatan per kapita lebih tinggi rakyat lebih sejahtera. mobil mau ganti tiap 5 tahun sekali juga gak akan banyak yang masalahin kan? :p
Jakarta identik sama macet. Bukan Jakarta namanya kalau gak ada macet dan banjir. PR negara yang belum tuntas ini sudah banyak wacana yang sebagian sudah dicoba. Antara lain:
- Busway
- Peremajaan angkutan umum
- Pelebaran jalan
- Pembebasan tanah
- Perluasan jangkauan tol
- 3 in 1
- dll.
Tapi semua itu hampir gak ada hasilnya. Kemacetan sepertinya gak ada habisnya, dan banyak yang semakin percayq bahwa dalam tempo beberapa tahun kedepan Jakarta akan stuck.
Solusi pembatasan mobil 10 tahun boleh melintas di jalan protokol adalah salah satu wacana baru Ahok sebagai gubernur DKI. Selain itu, pajak akan dinaikkan.
Apa wacana ini solusi yang bijaksana? Apa bisa dibilang biang dari cikal bakal masalah baru buat negara yang nampaknya gak kelar2 PRnya?
ada 1500 kendaraan baru tiap hari di jakarta. walaupun kebykan org gak bs beli mobil baru tiap 10 thn sekali, jumlah segitu tandanya org pada rela ngeluarin kocek demi kendaraan. walaupun kreditnya lama.
drpd mobil dibatesin 10 thn, kenapa gak penjualannya aja yg dibatesin?
kalo nyuruh org naik angkutan umum, org gak bs dipaksa. dr org yg punya mobil, angkutan umum itu cm alternatif bkn kebutuhan. jd yg harus diubah itu mindsetnya. dan ngubah mindset dari kendaraan pribadi ke angkutan umum gak bisa cm hitungan tahun... bisa beberapa periode jabatan baru org rela ngelepas mobil operasional jd angkutan umum.
hilangin dulu kejahatan di transjakarta sampe 0. banyakin armada, perluas jangkauan ke pelosok2 jakarta dan pinggiran kota yg aman nyaman dan tepat waktu. semua butuh proses. lagipula kebanyakan org yg kerja di jln protokol jakarta tinggalnya di pinggiran kota.
kalau alasannya emisi, mungkin benar karena mobil lawas memang butuh perhatian ekstra lebih untuk perawatan kebersihan gas buang karena jarak tempuh mesin yang jauh. tapi kalau dilihat bukannya angkutan umum lebih kotor gas buangnya dibanding mobil pribadi?
sebelum mobil dibatasi, saya kira lebih baik batasi lagi kendaraan umum yang tidak layak dan tidak aman. pemda harus kerja sama dengan pemprov. dan se-jabodetabek harus bareng jangan hanya jalan protokol saja. kemacetan bukan hanya di jakarta, tapi dimana2.
kalo memang bagus penyelenggaraannya, kenapa gak? walaupun jakarta penuh wacana, mending banyak cerita tapi yang dijalanin sedikit, dibanding gak ada usaha sama sekali.
pemprov boleh bikin cerita, memang dia yang harus ngasih sarana dan sosialisasinya, tapi tujuannya kan buat semua golongan.
banjir sama macet gak kenal kaya miskin.
pindahin ibukota! pilihan ekstrim terakhir yang pasti jadi jaminan jakarta gak macet lagi!
pilihan terakhir itu kayaknya :)
2017 terlalu cepet. banyak faktor yang menyebabkan macet. dan itu bukan hanya faktor kendaraan, tapi faktor lingkungan dan disiplin.
sekarang di jakarta, kapan sih bener2 bisa ngeliat trotoar nganggur? gak usah bahas trotoar di kawasan elite atau protokol, tapi di seluruh jabodetabek selain itu.
terus kondisi jalan, faktor pengaspalan gak rapih dan banyak yang kesannya asal tambal. jalan rusak bisa bikin macet. belum juga bentuk jalan yang banyak bottleneck. di jalan protokol aja jalur busway bikin penyempitan jalan di beberapa titik. terus kondisi lampu merah dan penyebrangan yang suka salah sasaran dan salah waktu.
lanjut ke disiplin. ini faktor yang ada unsur sebab-akibat. kondisi jalan yang gak kondusif, gak nyaman dan macet, menyebabkan banyak orang pengen sampe tujuan secepat2nya. serobot2an jadi hal yang wajar, motor naik trotoar, dll. angkot ngetem? mereka cari duit, tuntutan hidup dan desakan juragannya.
ada yang bilang kalo perbandingan kota yang maju dan yang tidak maju bisa dilihat dari tata letak bangunan sama jalanannya. coba liat google maps dan liat jalan jakarta dari atas, dan bandingin sama jalan2 di kota2 maju. apa perbedaan mencoloknya? di jakarta, jalanan kaya mie kriting banyak belok2 dan jarang yang lurus2. sementara di kota2 maju, bangunan itu menyesuaikan sama bentuk jalan jadi rata2 pada lurus2.
kenapa gak solusi perbaikin yang ketahuan salah dibanding bikin solusi baru?
dulu gatot subroto - s. parman lurus sekarang belok2 gara busway. terus sudirman-thamrin juga dibikin belok. gak ada jalan yang lurus sekarang. infrastruktur yang salah, gak mungkin gedung disuruh minggir, adanya lebar jalan yang ngalah :(
kalo negara maju kayaknya yang dibikin jalan dulu baru gedung. bukan gedung dulu baru jalan.
Iya pada lurus2 ya baru ngeh...
jangan pilih kasih mobil sama motor. dua2nya penyumbang kemacetan. kalo motor sudah dilarang masuk jalan protokol, kenapa mobil gak juga dibatesin?
menurut ane dibanding 3-in-1 yang gak guna, mending pake ERP. 3-in-1 masih bisa ngangkut orang dijalanan tinggal bayar, tapi ERP kan langsung bayar jadi orang bisa aja mikir 2x sebelum masuk kawasan itu.
mungkin targetnya sebelum pemilihan periode berikutnya? jadi kalau berhasil, ada waktu buat dijadiin bahan kampanye
masyarakat ingin melihat solusi dari auatu masalah dengan adanya usaha yang nampak. misalnya kalau banjir, peninggian jalan dan pemasangan pompa. itu terlihat nyata. dan tidak ada efek samping kecuali mungkin macet pas lagi proses pembuatan.
solusi baru untuk mengatasi masalah yang ada yang menciptakan masalah baru menurut saya seperti jalan di tempat. mobil dilarang, motor dilarang. terus kesana harus naik bus. bus masih padat, tidak nyaman, beresiko keamanan terutama buat kaum hawa, dll. sekarang irang yang bekerja disana sebagian besar tidak tinggal di daerah elit atau mewah atau kisaran jakarta. kebanyakan dari pinggiran kota yang butuh naik angkutan beberapa kali supaya sampai. transisi di jalan protokol harus diimbangi dengan perbaikan angkutan di seluruh jabodetabek.
perbandingannya sengit. kebanyakan orang masih ngandelin mobil sebagai sarana transportasi nyaman tapi lebih lelet. motor memang gak nyaman tapi cepat. sementara angkutan umum gak ada yang nyaman dan gak ada yang cepat kecuali transjakarta. jangkauan diperluas dan penambahan koridor dan unit memang usaha yang bagus.
oh ya, gak ada lagi hukum rimba... dan sistem tilang bener2 adil bagi semua pengguna jalan. kalo yang kecil yang menang atau plat pejabat/militer yang diperbolehkan melanggar ketentuan yang berlaku, itu namanya diskriminasi dan bukan solusi bersama. semoga disiplin jalan bisa ditegakkan soalnya jalan milik bersama.
teori dengan praktek seringkali berbeda. walaupun ada landasan hukum untuk memprosesnya, tapi sebelum sampai hukum pun, celah untuk menghindar masih banyak, dan oknumnya sendiri yang menawarkan.
kesejahteraan belum merata dan tuntutan terlalu besar. itu sebabnya.
satu mobil dilarang keluar hanya akan membuat satu mobil lain ngegantiin. bukan solusi yang pas menurut saya.
tahap2 yang sudah berhasil menurut saya adalah seperti kawasan 3in1 dan busway. pajak progresif juga berhasil walaupun kenaikan nilai per mobil yang rata2 adalah mobil seharga beberapa ratus juta belum terlalu besar jadi masih banyak yang gak masalah.
sering jakarta diperbandingkan dengan singapura yang punya transportasi yang sangat efisien. jakarta masih jauh dari itu, sedikit pun dekat pun tidak. untuk sampai ke tahap itu, kedisiplinan dari semua pihak terkait harus bener2 ada. memberi limit umur kendaraan disaat jakarta lagi cari solusi menurut saya tidak cocok karena transportasi umum belum memadai.
sekarang mari lihat di daerah pinggiran kota jakarta. misalnya depok, bekasi dan tangerang. banyak dari mereka yang sulit dapat akses angkutan umum yang bisa langsung ngebawa mereka ke jakarta. seperti yang banyak orang tahu, kebanyakan dari pekerja kawasan sudirman thamrin adalah mereka yang tinggal di daerah sana. termasuk juga bogor (keluarga muda yang umurnya dibawah 40 tahun).
kenapa saya bilang begitu, harga tanah di jakarta udah mahal banget. jarang usia produktif di umur segitu sudah nyanggup beli tanah di jakarta, tanpa bantuan orang tua atau orang lain. dan mereka yang tinggal disana, banyak yang sulit dapat akses angkutan yang bisa langsung membawanya ke jakarta. alternatif mereka? yang paling populer adalah motor. lalu mobil.
maksud saya disini adalah, penertiban di kawasan sudirman-thamrin, dan juga kuningan, akan berefek banyak kendaraan yang cari jalan pintas dan cari tempat penitipan kendaraan. ini hanya akan membuat kemacetan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. seandainya transportasi umum dibenahi dulu, jadi umpamanya bisa dapet angkutan tidak jauh dari rumah yang langsung bisa membawanya ke tempat kerja dengan cepat aman dan nyaman, tentunya semakin banyak yang gak butuh kendaraan pribadi di jabodetabek ini. mobil dan motor akan lebih sering dikandangin.
kurangi penjualan mobil. ibaratnya begini, seandainya mobil berumur 10 tahun lebih dilarang melintas, penjual mobil baru pasti pasang strategi baru yaitu menjual mobil dengan kredit murah dengan tempo lama. motor pun demikian.
memang harus ditelusuri sampai akarnya, bukan hanya permukaan saja. sama seperti banjir, benar kalau dibilang selama ini kebanyakan penanggulangan banjir adalah mengalihkan titik banjir dari satu tempat ke tempat yang lain.
solusi selama ini, baik macet atau banjir, kebanyakan adalah membuang masalahnya dari satu tempat untuk dioper ke tempat lain. bukan solusi yang efektif untuk jangka panjang.
oot. beli mobil harus hati2 kalo bekas banjir. biasanya menjelang hari raya sama abis musim hujan penjualan mobil bekas naik.
beli mobil itu jelang lebaran. banyak orang BU :)
rangkumannya: indonesia butuh solusi jangka panjang bukan jangka pendek :)
tapi balik lagi dana selalu jadi halangan yang rawan disusupin oknum bertahta yang haus harta.
naikin gaji, sejahterakan swasta dan sebanding sama negeri. hilangkan pungli dan tetapkan kebijaksanaan proyek swasta biar sebanding juga sama bumn. pendapatan per kapita lebih tinggi rakyat lebih sejahtera. mobil mau ganti tiap 5 tahun sekali juga gak akan banyak yang masalahin kan? :p