indonesia lagi2 diselimuti duka dengan jatuhnya pesawat lion air jt610. kejadian ini nambah warna kelam penerbangan lokal yang masih belum sempurna. sayangnya aja kebanyakan dari orang indonesia tergantung sama metode penerbangan ini karena negara kita banyak pulaunya.
kalau diperhatiin, pesawat komersil yang katanya semakin lama semakin canggih, termasuk jt610 yang katanya pesawat baru dengan teknologi mutakhir, tapi tetap aja bisa jatuh.
selidik sedikit, jt610 adalah pesawat milik boeing tipe 737 max. berikut penampakannya sebelum jatuh (foto dari wikipedia, diambil bulan september:
speknya:
- - pertama kali terbang bulan januari 2016.
- - lebih irit bahan bakar hingga 15% karena design bodi, aerodinamika dan mesin.
- - 4 layar lcd untuk pilot.
- - jarak tempuh hingga 3,000 nautical miles (5,600 km)
termasuk pesawat canggih buat ukurannya. walaupun 737 max 8 ini adalah tipe paling bawah dari max, pesawat ini setara dengan 737-800, yang juga setara sama airbus a320.
tapi dari semua kecanggihannya, hampir semua fokusnya ke efisiensi. kedua, untuk kenyamanan, dan ketiga untuk kemudahan pilot. tapi hampir gak ada yang fokusnya ke keamanan. dan semua pesawat komersil kayaknya berlomba2 untuk ini, bukan bagaimana caranya bikin pesawat yang gak bisa jatuh, atau seandainya pun harus jatuh, gak berakibat fatal bagi penumpang.
oke, boeing dan juga airbus mau cari pembeli yang mau borongan. toh, kecelakaan gak terjadi setiap hari kan? tapi kemana moto keamanan diatas segalanya? semoga penerbangan di masa depan lebih baik, dan semoga indonesia gak lagi ngalamin kejadian seperti ini lagi. semoga keluarga dan kerabat yang berduka atas jatuhnya jt610 bisa sabar dan ikhlas.
saya juga kepikiran begitu. kenapa misalnya pesawat gak punya parasut misalnya. atau mungkin pelampung buat pesawat bukan cuma perorangan.
nyawa lebih berharga dari harta, sayangnya aja namanya perusahaan fokusnya pasti ke penjualan. boeing sama airbus misalnya, kalau bisa bikin pesawat nyaman dan irit, pasti banyak maskapai yang mau beli. intinya bisnis, yang diutamain duit dulu
masuk akal dan pertanyaan bagus. tapi saya mau jelasin kalau solusi ini gak bisa (paling gak sekarang2 ini)
pertama, parasut di pesawat bener ada dan udah diterapin. contohnya Cessna 182 bisa dipasangin sistem keamanan ini. disaat pesawat lepas kendali misalnya, ada handel diatas kepala pilot yang ngebuka parasut supaya pesawat dan penumpangnya bisa mendarat dengan selamat,
tapi yang perlu diketahui, Cessna 182 ini pesawat kecil. muatnya juga cuma 3 orang dan 1 pilot. jadi masuk akal supaya bisa dipasangin parasut karena menurut info yang saya dapat, 0.1m2 parasut masih sanggup untuk nahan 0.5kg.
intinya, parasutnya masih bisa dipasang di pesawat tanpa memakan beban dan muatan berlebih.
ini fotonya:
tapi kalau buat pesawat komersil sekelas Boeing dan Airbus yang muat ratusan penumpang? tinggal dikaliin aja.
Cessna 182 beratnya sama seperti mobil, kisaran 1 ton lebih. sebagai perbandingan, Boeing 737 MAX yang dipakai Lion Air beratnya 80 ton.
Airbus A380 yang termasuk pesawat komersil ukuran paling besar, beratnya 600 ton. dan kalau pesawat ini mau dipasangin parasut, harus pakai puluhan parasut yang satunya harus sebesar lapangan bola.
sekarang bayangin aja, mau ditaro mana parasut sebanyak dan sebesar itu?? belum lagi mekanisme buat ngeluarin itu parasut yang pastinya makan ruangan dan berat ekstra yang berlebihan.
memang bener kalau Airbus dan Boeing itu pasti bikin pesawat senyaman dan seirit mungkin. pasti juga mereka pernah kepikiran pasang parasut di pesawat jumbo raksasa mereka. tapi dengan kenyataan kalau itu mustahil, makanya gak dipasang.
solusi satu lagi yang juga ngelibatin parasut, adalah ngasih masing2 penumpang 1 parasut. setiap tempat duduk di pesawat komersil punya baju pelampung dibawahnya, jadi lebih masuk akal kalau di pelampung itu juga ada parasut. tapi tetep aja gak dilakuin karena pintu pesawat cuma beberap biji dan penumpangnya ratusan. bayangin aja kalau pesawat yang lagi jatuh semua orang lagi panik, tiba2 desek2an ke pintu dan "loncat" dan buka parasut.
gak semua orang pengalaman terjun dari ketinggian, apalagi pake parasut sendiri. intinya ya tetep aja gak ada gunanya.
tapi kalau menurut saya, ini lebih masuk akal:
Ada seatbelt, dilarang merokok (dulu pesawat boleh penumpang ngerokok), ada jaket penyelamat di tiap tempat duduk, ada pintu darurat yang cuma boleh ditempatin sama penumpang yang kompeten.
Pesawat udah mikirin keselamatan. Lagipula, mereka juga tahu kok kalau kecelakaan mau mau fatal apa gak pasti berefek sama bisnis. Boeing tahu Airbus juga tahu. Tinggal maskapainya aja gimana ngelolala armadanya.
Sekalian aja pake kursi lontar, kayak di pesawat jet ;) tapi cuma bisa dibuka pas ketinggian rendah yang kadar oksigennya cukup buat nafas tanpa masker. Terus bagian atas pesawat bisa dibuka sebelum penumpang di lontarkan satu per satu.
Labih efisien dibanding pake parasut buat nopang pesawat. Parasut perorangan ukurannya kecil bisa muat di kursi.
Kursi pelontar di pesawat tempur ada jet pendorong kecil yang fungsinya melontarkan pilot sejauh mungkin sebelum parasut dibuka. Gunanya masuk akal: supaya pilot gak terperangkap di udara vakum di belakang pesawat dan malah ketarik bukannya ngejauh. Ini supaya gak fatal karena parasut nyangkut di sirip misalnya.
Nah sekarang kalau masing2 penumpang pesawat komersil dipasangin kursi lontar gimana tih? Nyangkut adanya :))
Kan kebukanya gak langsung. Ada jeda sebelum parasut kebuka karena parasut kan digulung.
Teorinya sih bisa. Cuma faktor ergonomis sama biaya. Seperti tadi bilang juga, ake parasut buat ukuran pesawat komersil ratusan penumpang butuh banyak pengorbanan ruang kosong dalam pesawat sama rangka yang kuat.
Gak tau kuat apa gak bahan serat karbon :)
Mungkin jangan tergantung sama software kali ya?
Waktu itu sempet baca2, katanya pilot sekarang sudah dimanja sama teknologi yang bikin segalanya mudah.
Beda sama pilot jakan dulu yang ibarat kata, semuanya masih analog. Mereka lebih bisa nanggulangi masalah2 teknis karena gak pake teknologi apa2.
Yang Boeing 737 Max 8 yang masalah kan software juga.
Kadang software bukan solusi yang terbaik buat penerbangan.
Menurut aku lohh :p
Tujuannya kan memudahkan. Ibarat mobil lah, dulu gak pake power streering dan manual, sekarang udah power steering dan transmisi otomatis.
Cuma sayang aja software suka ada bug. Ternyata pesawat juga sama
Junaidi
Di downgrade aja softwarenya. Mungkin keukeuh boeing mau buat pesawat canggih
Ini kontrasnya: Air Koryo punya Korea Utara
Satu2nya maskapai dengan rating satu bintang, review jelek dan dan armada pesawatnya buatan Rusia tahun 1960an...
Tapi gak pernah ada insiden kecelakaan fatal selama puluhan tahun kalau gak salah ;)
cost dan mentenence. pesawat komersil harus muat penumpang sebanyak2nya, terbang sesering mungkin. pasang alat keamanan ekstra butuh riset, dan biaya.
seandainya pesawat mau pake teknology baru buat keamanan, pasti nyobanya di pesawat pribadi dulu. atau pesawat kecil yang biayanya murah dan kegunaannya juga terbatas.
https://www.androphedia.com/ternyata-ini-alasan-tidak-disediakan-parasut...
Ini bagus jelasin kenapa pesawat komersial gak punya parasut.
Di malaysia sistem cek in kounternya gak ada karyawannya. Jadi otomatis cek in.
Bukan sektor keamanan tapi baru kali ini ngelihat yang begitu. Sorry ngebajak thread hehe