dunia kejam buat si miskin aja. buat si kaya, dunia ini segalanya :)
jadi pada pengen hidup selamanya. lupa tanggung jawab, lupa akhirat.
ini problema hidup pada kenyataannya.
si miskin kenapa lebih banyak yang inget akhirat? ya karena gak banyak yang bisa dihasilkan di dunia dan harapan terakhirnya dia sukses di alam sana. tapi yang dilakuin lebih banyak doa dibanding usaha.
kalo si kaya, sibuk sama kerjaannya jadi banyak yang menyampingkan agama. kenapa? karena dunia itu enak buat dia.
miris si enggak... tapi kenyataannya ya orang kalo dikasih lebih, maunya lebih. orang dikasih dikit, minta juga lebih. dikit banget yang bersyukur seperti tadi dibilang.
karena banyak yang beranggapan jadi karyawan itu susah dan jadi pengusaha itu penuh resiko, banyak yang milih jadi pegawai lepas atau freelance. istilah bos untuk diri sendiri mungkin lebih cocok buat mereka yang gak mau diatur, dan juga gak mau jadi bos yang suka nyuruh.
asal pinter nyari proyek dan punya skill, banyak freelance yang berhasil kok. walaupun gak ada jaminan sampai kapan dia bisa bertahan.
freelance beda sama part time. kalau ngeliat dari segi mandirinya, freelance masih lebih bebas. part time sama aja sama kerja biasa. artinya kan paruh waktu. enaknya ya udah pasti digaji. freelance dibayar per proyek
bukan cuma lebih aman. soalnya mindset kebanyakan orang adala nyari masa depan yang pasti2 aja.
sekolah tinggi2 biar bisa berhasil di dunia kerja. buat kebanyakan orang ini artinya "jual ijazah" buat daprt kerjaan. dan ini artinya kerja sama orang lain. alias jadi bawahan. tapi dengan jaminan masa depan yang stabil dan mapan.
di lain sisi, banyak juga yang nekenin entrepreneurship dimana orang diupayakan buka lapangan pekerjaan. pemerintah dan perusahaan2 besar banyak yang ngasih peluang buat para pengusaha dengan ide2 brilian. bedanya disini adalah mereka gak jual ijazah buat hidup tapi mereka mengandalkan ilmu, manajemen, marketing dan pengalaman. jaminan masa depan gak ada dan taruhannya itu. tapi sekalinya sukses, para penjual ijazah itulah yang jadi bawahan mereka.
tinggal pilih mau jadi yang mana? bawahan apa bos?
contohnya seperti bill gates, mark zuckerberg, dan beberapa tokoh lainnya. boro2 ijazah, mereka busa ngeliat peluang bisnis dan bertaruh sebelum lulus. dan berhasil.
gak banyak orang yang berani begini, dan gak banyak juga orang tua yang setuju anaknya dropout demi masa depan yang gak pasti.
buat pemerintah dan perusahaan raksasa, lahirnya entrepreneur baru adalah solusi buat penambahan lapangan pekerjaan, kerjasama, akuisisi dan pajak. startup sekarang banyak didukung sama perusahaan besar dan gak sedikit ide2 brilian yang lahir dari sana.
kebanyakan startup adalah mereka yang ngerti bidangnya, tapi gak paham manajemen, marketing dan inti dari entrepreneurship. mindset yang mereka punya adalah karyawan dalam arti mereka kebanyakan adalah profesional yang ngerti bidangnya. dan kalo dalam segi teknologi, mereka pengembang/developer yang kompeten. makanya seed funding dari para investor juga mewajibkan para founders ini untuk punya business plan, dan punya target dalam jangka waktu beberapa tahun misalnya.
dari sini baru kelihatan mana yang memang terlahir jadi entrepreneur, dan mana yang memang profesional tulen.
Dari minatnya beda. Banyak orang tergiur sama usaha karena peluang gak terbatas dan tantangan. Tapi banyak yang ngeliat jadi profesional di bidang favorit itu lebih enak karena sarana prasarana udah disediain dan dia tinggal fokus ke kerjaan.
buat yang ngerti tentang startup2 gitu... caranya itu bagaimana sih? lagi booming berita startup2 lokal dan internasional. ngebuka bakat2 muda dan majuin sektor teknologi dengan pitching ke investor2 besar. ada yang pernah punya pengalaman?
syarat gak banyak, tapi idenya harus brilian dan original. walaupun sedikit banyak ada nyontek startup internasional yang pernah ada, paling gak ada hal2 baru yang bisa diterapin.
ide2 brilian tapi susah buat berkembang karena faktor internal sih kebanyakan. temen saya pernah begitu juga, dua kali buat startup, dua kali gagal karena cekcok. walaupun sempet ada investor dari pihak keluarga, tapi kayaknya ada yang belum sepaham. padahal udah berhenti kerja juga dia demi konsen usaha.
sekarang lagi nyoba yang ketiga.
kebanyakan startup butuh publikasi karena budget marketingnya minim. karena user sekarang udah banyak dicekokin sama apps macem2, apps yang mirip susah buat bersaing. disini butuh ide baru yang inovatif. dan kedepannya butuh manajemen yang solid dengan visi misi yang jelas.
mau nanya tentang startup. kenapa kebanyakan gak ada yang berkembang dan terkenal lama ya? startup2 teknologi banyak yang bagus kalau diperhatiin, tapi jarang yang jadi bener2 sukses dan berhasil lama. apa karena manajemennya apa karena peminatnya ya?
mau nanya tentang startup. kenapa kebanyakan gak ada yang berkembang dan terkenal lama ya? startup2 teknologi banyak yang bagus kalau diperhatiin, tapi jarang yang jadi bener2 sukses dan berhasil lama. apa karena manajemennya apa karena peminatnya ya?
Bisa jadi dari peminat. Ide startup memang keren2... Kadang canggih juga sampe bisa dibilang brilian. Tapi seperti halnya apapun yang baru, orang kebanyakan belom paham dan gak butuh. Perkenalan dan pendekatannya yang kurang.
Jadi orang mikir antara butuh gak butuh. Kalo masih enak cara konvensional, orang jarang mau beralih.
Startup teknologi seperti barang panas. Kalo sukses bisa mendadak tenar dan berhasil. Tapi kebanyakan kalo gak hampir semua, umurnya cuma beberapa tahun maks.
Namanya juga panas. Yang cepet naik biasanya cepet juga turun dan cenderung gak stabil.
Memang sih beberapa bisa bener2 berhasil... cuma aja sebagian besarnya gagal.
Bisa dibilang hampir semua geek yang ada di amerika punya "startup" sendiri. Gak tau bener2 dijalanin apa gak, kebanyakan cuma ide dan usahanya putus tengah jalan.
Yah namanya juga usaha. Udah bagus punya ide daripada gak. Makanya usaha gak ada yang sukses kalo yang ngejalanin cuma 1 orang. Para pendiri butuh dukungan moral bukan cuma modal
awalnya dari ide. kemampuan teknis lapangan atau ilmu dibidangnya gak selalu berlaku kok. 2 orang disini adalah pendiri dan mereka mikirnya harus di sisi manajemen bukan masalah teknis.
Gak perlu langsung ke PT kalau memang usahanya masih skala kecil. Kalau memang harus PT, jangan ambil mikro karena nanggung, langsung ke kecil dan kalau ada modal daftar yang skala menengah. Beda di modal dasar.
sukanya gitu.. gak punya manajemen jadi keluarga bisa seenaknya mentang2 mereka doang yang punya. perusahaan susah berkembang karena pengeluaran gak jelas kemana dan gak dibukuin.
perusahaan keluarga juga banyak kok yang gak begitu. tergantung cara pengelolaannya. misalnya si direktur itu anggota keluarga juga, dan atasan2 lainnya juga keluarga, memang bener bisa kacau gitu. tapi kalau posisi penting dipercaya sama orang yang bener2 bisa mimpin dan mampu secara intelek dan pengalaman, perusahaan keluarga bisa bagus juga.
salam kenal sebelumnya. saya baru posting walaupun udah jadi member. saya lihat thread ini punya rank yang lumayan dan sekiranya saya mau sedikit berbagi opini.
besar gaknya sebuah perusahaan bisa dilihat dari berbagai sisi. mulai dari modal yang ada, berapa tenaga kerja yang dia punya, sebesar apa portofolio yang pernah dia kerjakan, dan seberapa besar merek dia dikenal masyarakat.
kebanyakan orang ngeliat dari satu sisi aja, dan mungkin cuma beberapa. tapi yang bisa bikin perusahaan itu besar dan berhasil, bukan cuma dari hal yang disebut itu. tapi dari bagaimana manajemen perusahaan. misalnya tadi perusahaan keluarga yang tujuan utamanya hanya buat memperkaya para pemilik yang merupakan keluarga. bisa jadi itu perusahaan besar dengan nama besar, dan gak ada salahnya sebuah perusahaan keluarga melakukan hal tsb. tapi selama manajemennya bagus, gak ada tenaga kerja disana yang merasa dirugikan. misalnya dengan adanya insentif atau bonus yang memadai. bisa juga dengan dukungan moral dan spiritual secara gak langsung antara atasan dengan bawahan. kinerja tim yang diawasi bukan cuma supaya proyek goal, tapi dengan tujuan membangun mereka jadi orang yang mampu dan lebih baik.
disini faktor take and give. orang akan loyal kepada perusahaan selama perusahaan juga memperhatikan mereka. karyawan adalah mereka yang menjadi sumber pemasaran yang paling efektif dan kontinu. misalnya kalau mereka ditanya oleh temannya, mereka tentu akan menjawab perusahaan dimana mereka bekerja. dan kalau perusahaan dimana mereka bekerja itu menurut mereka bagus, mereka tentu gak ada hentinya memuji perusahaan dimanapun mereka berada, baik dalam perbincangan topik pekerjaan maupun dalam topik yang gak ada sangkutpautnya sama kerjaan.
jadi menurut saya, tolak ukur usaha yang sukses adalah usaha yang bisa memberikan kesejahteraan kepada mereka yang bekerja didalamnya. sejahtera disini bukan hanya materi yang bisa dihitung, tapi juga kebahagiaan secara umum.
dunia memang kejam. kita semua tahu kok :)
kejemnya buat ente aja kok. hahaha
Perasaan buat saya baik2 aja kok. *masih awal bulan duit masih banyak. Haha
kurang bersyukur namanya :)
betul sekali :)
dunia kejam buat si miskin aja. buat si kaya, dunia ini segalanya :)
jadi pada pengen hidup selamanya. lupa tanggung jawab, lupa akhirat.
ini problema hidup pada kenyataannya.
si miskin kenapa lebih banyak yang inget akhirat? ya karena gak banyak yang bisa dihasilkan di dunia dan harapan terakhirnya dia sukses di alam sana. tapi yang dilakuin lebih banyak doa dibanding usaha.
kalo si kaya, sibuk sama kerjaannya jadi banyak yang menyampingkan agama. kenapa? karena dunia itu enak buat dia.
miris si enggak... tapi kenyataannya ya orang kalo dikasih lebih, maunya lebih. orang dikasih dikit, minta juga lebih. dikit banget yang bersyukur seperti tadi dibilang.
intinya? masuk neraka semua.
karena banyak yang beranggapan jadi karyawan itu susah dan jadi pengusaha itu penuh resiko, banyak yang milih jadi pegawai lepas atau freelance. istilah bos untuk diri sendiri mungkin lebih cocok buat mereka yang gak mau diatur, dan juga gak mau jadi bos yang suka nyuruh.
asal pinter nyari proyek dan punya skill, banyak freelance yang berhasil kok. walaupun gak ada jaminan sampai kapan dia bisa bertahan.
freelance beda sama part time. kalau ngeliat dari segi mandirinya, freelance masih lebih bebas. part time sama aja sama kerja biasa. artinya kan paruh waktu. enaknya ya udah pasti digaji. freelance dibayar per proyek
bukan cuma lebih aman. soalnya mindset kebanyakan orang adala nyari masa depan yang pasti2 aja.
sekolah tinggi2 biar bisa berhasil di dunia kerja. buat kebanyakan orang ini artinya "jual ijazah" buat daprt kerjaan. dan ini artinya kerja sama orang lain. alias jadi bawahan. tapi dengan jaminan masa depan yang stabil dan mapan.
di lain sisi, banyak juga yang nekenin entrepreneurship dimana orang diupayakan buka lapangan pekerjaan. pemerintah dan perusahaan2 besar banyak yang ngasih peluang buat para pengusaha dengan ide2 brilian. bedanya disini adalah mereka gak jual ijazah buat hidup tapi mereka mengandalkan ilmu, manajemen, marketing dan pengalaman. jaminan masa depan gak ada dan taruhannya itu. tapi sekalinya sukses, para penjual ijazah itulah yang jadi bawahan mereka.
tinggal pilih mau jadi yang mana? bawahan apa bos?
pengennya sih langsung jadi bos di perusahaan yang udah besar duluan :p jadi bos yang pasti2 tanpa repot jadi bawahan dulu. hehe
contohnya seperti bill gates, mark zuckerberg, dan beberapa tokoh lainnya. boro2 ijazah, mereka busa ngeliat peluang bisnis dan bertaruh sebelum lulus. dan berhasil.
gak banyak orang yang berani begini, dan gak banyak juga orang tua yang setuju anaknya dropout demi masa depan yang gak pasti.
dan gak banyak juga orangtua yang lebih meratiin komunitas dan orang lain ketimbang anak sendiri :/
Bill gates gak ngasih warisan banyak ya?
Sebagai seorang filantropis ternama, anak cuma dapet warisan dikit. Sedih juga jadi anaknya :p
Junaidi
anaknya kan dulu punya iphone/ipod gitu. dilarang pake, terus gak boleh beli lagi.
gak banyak.. kalo dihitung dari semua uang yang dia punya... tapi kalo hitungan kita2? bisa tajir 7 turunan berikut keluarga2 menantu. hahaha
buat pemerintah dan perusahaan raksasa, lahirnya entrepreneur baru adalah solusi buat penambahan lapangan pekerjaan, kerjasama, akuisisi dan pajak. startup sekarang banyak didukung sama perusahaan besar dan gak sedikit ide2 brilian yang lahir dari sana.
kebanyakan startup adalah mereka yang ngerti bidangnya, tapi gak paham manajemen, marketing dan inti dari entrepreneurship. mindset yang mereka punya adalah karyawan dalam arti mereka kebanyakan adalah profesional yang ngerti bidangnya. dan kalo dalam segi teknologi, mereka pengembang/developer yang kompeten. makanya seed funding dari para investor juga mewajibkan para founders ini untuk punya business plan, dan punya target dalam jangka waktu beberapa tahun misalnya.
dari sini baru kelihatan mana yang memang terlahir jadi entrepreneur, dan mana yang memang profesional tulen.
Dari minatnya beda. Banyak orang tergiur sama usaha karena peluang gak terbatas dan tantangan. Tapi banyak yang ngeliat jadi profesional di bidang favorit itu lebih enak karena sarana prasarana udah disediain dan dia tinggal fokus ke kerjaan.
filantropis: https://id.wikipedia.org/wiki/Filantropi
bisa juga sebagai cara menghidari pajak, dan mencari muka di mata dunia. banyak yang seperti itu, tapi tetep aja gak boleh nuduh yang gak2.
buat yang ngerti tentang startup2 gitu... caranya itu bagaimana sih? lagi booming berita startup2 lokal dan internasional. ngebuka bakat2 muda dan majuin sektor teknologi dengan pitching ke investor2 besar. ada yang pernah punya pengalaman?
syarat gak banyak, tapi idenya harus brilian dan original. walaupun sedikit banyak ada nyontek startup internasional yang pernah ada, paling gak ada hal2 baru yang bisa diterapin.
baca TIA bos...
Kebanyakan startup hampir gak ada yang kedengeran.
ide2 brilian tapi susah buat berkembang karena faktor internal sih kebanyakan. temen saya pernah begitu juga, dua kali buat startup, dua kali gagal karena cekcok. walaupun sempet ada investor dari pihak keluarga, tapi kayaknya ada yang belum sepaham. padahal udah berhenti kerja juga dia demi konsen usaha.
sekarang lagi nyoba yang ketiga.
kebanyakan startup butuh publikasi karena budget marketingnya minim. karena user sekarang udah banyak dicekokin sama apps macem2, apps yang mirip susah buat bersaing. disini butuh ide baru yang inovatif. dan kedepannya butuh manajemen yang solid dengan visi misi yang jelas.
Paling sering memang cek cok di awal. Yang awalnya temen bisa jadi musuh. Jangan sampe aja kejadian begitu bos.
banyak juga kok bos
mau nanya tentang startup. kenapa kebanyakan gak ada yang berkembang dan terkenal lama ya? startup2 teknologi banyak yang bagus kalau diperhatiin, tapi jarang yang jadi bener2 sukses dan berhasil lama. apa karena manajemennya apa karena peminatnya ya?
Bisa jadi dari peminat. Ide startup memang keren2... Kadang canggih juga sampe bisa dibilang brilian. Tapi seperti halnya apapun yang baru, orang kebanyakan belom paham dan gak butuh. Perkenalan dan pendekatannya yang kurang.
Jadi orang mikir antara butuh gak butuh. Kalo masih enak cara konvensional, orang jarang mau beralih.
Startup kebanyakan tergantung sama investor jadi dari awalnya memang belum mandiri, kebanyakan menurut ane sih belum punya business model yang solid.
Startup teknologi seperti barang panas. Kalo sukses bisa mendadak tenar dan berhasil. Tapi kebanyakan kalo gak hampir semua, umurnya cuma beberapa tahun maks.
Namanya juga panas. Yang cepet naik biasanya cepet juga turun dan cenderung gak stabil.
Memang sih beberapa bisa bener2 berhasil... cuma aja sebagian besarnya gagal.
Bisa dibilang hampir semua geek yang ada di amerika punya "startup" sendiri. Gak tau bener2 dijalanin apa gak, kebanyakan cuma ide dan usahanya putus tengah jalan.
Yah namanya juga usaha. Udah bagus punya ide daripada gak. Makanya usaha gak ada yang sukses kalo yang ngejalanin cuma 1 orang. Para pendiri butuh dukungan moral bukan cuma modal
Junaidi
awalnya dari ide. kemampuan teknis lapangan atau ilmu dibidangnya gak selalu berlaku kok. 2 orang disini adalah pendiri dan mereka mikirnya harus di sisi manajemen bukan masalah teknis.
mungkin karena biasanya yang punya ide startup teknologi itu pada masih muda. Mungkin mood2an ;))
Syarat buka perusahaan itu 2 orang minimal. Modal dasar ya tinggal bagi. Ntar baru nambah kalo mau ada investor luar atau ada yang nanem modal.
Gak perlu langsung ke PT kalau memang usahanya masih skala kecil. Kalau memang harus PT, jangan ambil mikro karena nanggung, langsung ke kecil dan kalau ada modal daftar yang skala menengah. Beda di modal dasar.
Tergantung proyek lah. Ngapain2 gede kalo proyeknya kecil? CV aja cukup kok. Kadang UD aja juga gpp.
kepemilikan bisa cekcok ntar kalo gak ada landasan hukum dan gak tertulis secara legal siapa yang punya dan persentasenya.
UD sah2 aja memang, tapi kalau punya investor atau penanam modal dari pihak lain, lebih baik ditingkatin lagi.
PT. (Perseroan Terbatas)
- modal ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
- untung dan rugi bersama. pekerja diupah atau digaji. keputusan PT dipegang pemegam saham terbesar.
CV. (Comanditaire Venootschap)
- modal ditanggung sendiri.
- untung dan rugi juga ditanggung sendiri. keputusan juga sendiri.
UD. (Usaha Dagang)
- modal dari pihak 1, tenaga dari pihak 2.
- untung dinikmati bersama, rugi ditanggung yang nanam modal. keputusan umum dipedang pemegang modal.
Enak kalo PT bangkrut gak bisa dituntut harta pribadi. Tapi kalo untung, enakan CV sama UD... Bisa diambil semua ;p
Kecuali PT keluarga mungkin. PT kecil yang pemegang sahamnya semua dari keluarga kemungkinan besar jalan ceritanya mirip CV dan UD.
namanya juga perusahaan keluarga. tujuan utama ya memperkaya keluarga :)
sukanya gitu.. gak punya manajemen jadi keluarga bisa seenaknya mentang2 mereka doang yang punya. perusahaan susah berkembang karena pengeluaran gak jelas kemana dan gak dibukuin.
perusahaan keluarga juga banyak kok yang gak begitu. tergantung cara pengelolaannya. misalnya si direktur itu anggota keluarga juga, dan atasan2 lainnya juga keluarga, memang bener bisa kacau gitu. tapi kalau posisi penting dipercaya sama orang yang bener2 bisa mimpin dan mampu secara intelek dan pengalaman, perusahaan keluarga bisa bagus juga.
yang megang rekening dia2 juga :))
makanya banyak yang ngaku punya usaha, mau itu PT atau CV. tapi bayangan :D
salam kenal sebelumnya. saya baru posting walaupun udah jadi member. saya lihat thread ini punya rank yang lumayan dan sekiranya saya mau sedikit berbagi opini.
besar gaknya sebuah perusahaan bisa dilihat dari berbagai sisi. mulai dari modal yang ada, berapa tenaga kerja yang dia punya, sebesar apa portofolio yang pernah dia kerjakan, dan seberapa besar merek dia dikenal masyarakat.
kebanyakan orang ngeliat dari satu sisi aja, dan mungkin cuma beberapa. tapi yang bisa bikin perusahaan itu besar dan berhasil, bukan cuma dari hal yang disebut itu. tapi dari bagaimana manajemen perusahaan. misalnya tadi perusahaan keluarga yang tujuan utamanya hanya buat memperkaya para pemilik yang merupakan keluarga. bisa jadi itu perusahaan besar dengan nama besar, dan gak ada salahnya sebuah perusahaan keluarga melakukan hal tsb. tapi selama manajemennya bagus, gak ada tenaga kerja disana yang merasa dirugikan. misalnya dengan adanya insentif atau bonus yang memadai. bisa juga dengan dukungan moral dan spiritual secara gak langsung antara atasan dengan bawahan. kinerja tim yang diawasi bukan cuma supaya proyek goal, tapi dengan tujuan membangun mereka jadi orang yang mampu dan lebih baik.
disini faktor take and give. orang akan loyal kepada perusahaan selama perusahaan juga memperhatikan mereka. karyawan adalah mereka yang menjadi sumber pemasaran yang paling efektif dan kontinu. misalnya kalau mereka ditanya oleh temannya, mereka tentu akan menjawab perusahaan dimana mereka bekerja. dan kalau perusahaan dimana mereka bekerja itu menurut mereka bagus, mereka tentu gak ada hentinya memuji perusahaan dimanapun mereka berada, baik dalam perbincangan topik pekerjaan maupun dalam topik yang gak ada sangkutpautnya sama kerjaan.
jadi menurut saya, tolak ukur usaha yang sukses adalah usaha yang bisa memberikan kesejahteraan kepada mereka yang bekerja didalamnya. sejahtera disini bukan hanya materi yang bisa dihitung, tapi juga kebahagiaan secara umum.
salam kenal dan bagus penjelasannya. +5 belimbing
Salam kenal dan selamat datang di forum. Kesejahteraan karyawan memang harus diutamakan.