https://pbs.twimg.com/media/Byo0dllCYAAsJ_C.jpg[/embed]
Pupus sudah harapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) agar dilakukan dengan demokratis dan melibatkan rakyat secara langsung. Munculnya UU pilkada melalui mekanisme DPRD disahkan DPR.
Skenario kemenangan kubu pendukung pilkada langsung berantakan karena fraksi Demokrat walk-out. Banyak yang menganggep kubu Demokrat itu pura-pura demokratis tapi justru kebalikannya. Satu warisan SBY yang sepertinya menjelaskan betapa tidak tegasnya cara pemerintahan dan sikap berpolitiknya.
SBY dan partai Demokrat akan tertulis dalam sejarah sebagai bapak anti-demokrasi, Karena walk-out, pendukung pilkada langsung kalah suara dibanding koalisi Merah Putih yang mendukung Pilkada lewat DPRD seperti Orde Baru.
Singkat kata: hak poitik rakyat ditampas.
Andai Demokrat tidak walk-out dan mendukung terus PDI-P, PKB dan Hanura, maka keputusan akan berakhir lain. Sekarang, anggota DPRD di hampir semua daerah bisa senang karena solusi untuk membayar utang akibat Surat Keputusan (SK) pengangkatan yang dijaminkan di perbankan sudah ada solusinya.
Fraksi Demokrat berkilah, usulan sepuluh poin perbaikan pilkada langsung tidak diakomodasi di rapat paripurna sehingga pihaknya memilih keluar meninggalkan rapat paripurna. Di sisi lain, SBY dan Demokrat mengaku mendukung Pilkada langsung dengan syarat adanya perbaikan mekanisme.
Tapi keputusan sudah diambil. Harapan terakhir untuk Indonesia demokrasi adalah keputusan akhir dari Mahkamah Konstitusi yang pintu palang terakhir untuk meninjau kembali keabsahan legal undang-undang pilkada.
Pengguna Twitter sempat tweet #ShameOnYouSBY yang jadi trending topic. Tapi sekarang, sudah tidak lagi trending karena pihak Twitter mengakui kalau mereka bisa saja menghapus suatu konten, atau trend, kalau diminta pihak yang berwenang... aka pemerintah.
Apakah anda siap kembali ke jaman Orde Baru? RIP demokrasi.
Junaidi
"all-out" dan "walk-out" artinya beda!!!
kalau bener adanya begitu, dan all-out artinya dukung penuh (total)... yang bodoh si ketua fraksi Nurhayati kagak nyimak.
226 anggota DPR setuju pilkada tak langsung, dan 135 anggota DPR setuju pilkada langsung. partai demokrat yang hadir 130 orang dan 124 orang walk-out, sisanya 6 orang memilih pilkada secara langsung.
kalau memang all out, kasian pak SBY. kesannya dikhianatin anggota partainya sendiri mentang2 udah mau turun dari jabatan presiden.
kalau walk out, memang salah besar. layak dibilang bapak anti demokrasi.
kabarnya agak simpang siur. baik dari ruhut atau dari anggota fraksi lainnya. politik memang begitu sih :/
politik = hal gak pasti buatan manusia untuk nyelesain masalah yang dibikin2.
politik memang bikin bingung. para politikus juga pasti bingung. sekarang nurhayati ngaku salah dan berani nanggung resikonya. tapi yang bikin bingung, apa nurhayati cuma tumbal? asumsinya begini, seandainya nurhayati yang disalahin, nama baik SBY tetep kejaga paling gak dan keputusannya tetep berjalan.
siapa yang tahu? balik lagi politik memang bikin bingung.
siapapun yang salah menurut saya andil media berita paling besar di sini.
tidak akan ada kebakaran kalau tidak ada api. media seperti api yang bisa nyulut emosi. dan jangan lupa juga kalau banyak media berita sekarang milik tokoh politik
mulai ketahuan siapa yang benci sby dan siapa pendukungnya. makin keliatan jelas borok demokrat.
mulai dari partai sendiri atau dari pengamat dan rakyat sendiri. makin kelihatan siapa yang benci sby.
kalo menurut ane, sby itu sosok yang pantes buat jadi presiden dibanding pendahulu2nya misalnya mbak mega atau alm. gus dur. tapi yang paling kelihatan adalah jeleknya: sby sepertinya presiden paling "lembek". dari sini wibawanya jadi kurang dan bisa jadi dimakan sama bawahannya sendiri, baik dari partai atau dari pemerintahan itu sendiri.
masa jabatan sby tinggal di ujung tanduk dan jabatan presiden sebentar lagi terbuka. maksud dari pencitraan ini adalah karena ada pihak2 terkait yang pengen menjatuhkan demokrat utk selama2nya, atau ada kekesalan diantara koalisi belum jelas. sejak awal pemilu 2014, udh ketahuan kalo pilihan periode ini paling aneh dan paling simpang siur. apa ini awal dari semuany?
sekarang media masa dan berita yang berpengaruh adalah milik swasta. dan pemilik dari perusahaan di balik layar adalah politikus yang juga ikut debat dan rebut2an kursi. apa sekarang berita cuma sebagai ajang mencari dukungan dan menjatuhkan lawan? berita walaupun transparan tetap berpihak, siapapun penulis artikelnya. dan orang indonesia yang emosinya cepet meledak tinggal istilahnya tinggal nunggu diguyur bensin. perpecahan berawal dari perbedaan pendapat. kalo rakyat mudah dikomporin, perpecahan gak terelakan. dan siapa yang bisa nguasain massa adalah si pemenang.
tau gak ngerti hahaha ada yang ngomong sby memang dalangnya, ada yang bilang salah arti. mau gimanapun sby bentar lagi diganti... maki gak dimaki gak bakal ada urusan lagi dia, paling gak jadi pe er anak2nya yang masih di partai
tinggal tunggu PERPPU diterima gak.
nunggu sebulan... ragu tp msh berharap
"kehendak Tuhan" kalo kata Ruhut :/
liat aja sampe mana perjuangan demokrat. sukses gaknya perppu bisa nentuin nasib demokrasi dan partai itu sendiri. gak lucu juga balik ke orde baru setelah selama ini.
Politik memang dinamis katanya. Hmmm saking dinamisnya rakyat yang jadi penonton "terpesona"... Sungguh!!
politik itu pinter2 cari muka. dukung yang kuat biar dapet posisi, injek yang lemah biar ngajarin siapa yang berkuasa. ada ungkapan yang bilang "jangan percaya politikus, mukanya banyak". kalah bintang film :))