6 terpidana mati kasus narkoba dieksekusi mati di nusa kembangan dini hari tanggal 18 januari 2015. lima terpidana dieksekusi di Pulau Nusakambangan dan satu terpidana di Boyolali, Jawa Tengah.
Ini daftar nama para terpidana yang dieksekusi:
1. Namaona Denis (48), warga negara Malawi, diputus PN pada 2001. Grasi ditolak pada 20 Desember 2014.
2. Marco Archer Cardoso Moreira (53), warga negara Brasil, diputus PN pada 2004.
3. Daniel Enemuo alias Diarrassouba Mamadou (38), warga negara Nigeria, diputus PN pada 2004 dan grasi ditolak 30 Desember 2014.
4. Ang Kiem Soei alias Kim Ho alias Ance Tahir alias Tommi Wijaya (52), warga negara tidak jelas. Lahir di Fak-Fak Papua, mengaku sebagai pedagang, grasinya ditolak 30 Desember 2014.
5. Tran Thi Bich Hanh (37), warga negara Vietnam, tidak mengajukan kasasi dan permohonan grasinya ditolak pada 30 Desember 2014.
6. Rani Andriani alias Melisa Aprilia, WNI asal Cianjur, Jawa Barat. Pekerja tidak jelas, diputus PN pada 2000. Grasi ditolak 30 Desember 2014.
mulai sore sehari sebelumnya, para terpidana sudah tidak bisa dikunjungi keluarga, pengacara ataupun perwakilan kedubes negara.masing2. mereka dimasukan di ruang isolasi dengan rohaniawan dan psikiater
setelah eksekusi, jenazah dikebumikan, dikremasi dan dikirim ke keluarga atau sesuai keinginan mereka sebelum mati.
tragis dan memang seram dengerinnya. apa inilah keadilan yang diharapkan selama ini? apa ini yang diinginkan masyarakat?
semua yang ada hubungannya sama manusia pasti disangkut-pautin sama HAM. gak ada contoh yang lebih ampuh untuk membuat orang yang lain jera selain melihat hukuman mati.
menurut saya, hukuman mati di jaman modern sekarang ini memang dikurangi karena alesan HAM tadi, tapi coba posisikan diri anda ke posisi keluarga yang pernah kedapatan anggotanya terjerumus, mati, ataupun gak punya masa depan karena narkoba. di satu sisi, memang hukuman mati kesannya tidak manusiawi, tapi efektif buat contoh pencegahan, dan SANGAT MANUSIAWI kalo dibanding sama hukuman mati di jaman dahulu kala.
disini saya gak bilang saya pro, tapi dari kondisi yang ada, hukuman mati memang layak.
selama ini hukum di indonesia terbilang lembek. selama ini yang bener2 pantes mati itu teroris seperti pelaku bom bali. tapi kriminal lainnya seperti rampok, pemerkosa, koruptor, narkoba, dll cuma dapet hukum pidana sekian tahun belum dipotong bonus dan korting2an. ini sama sekali gak ada bikin efek jera... baik buat si pelaku itu sendiri, maupun orang lain yang seprofesi.
hukum mati harusnya dilihat dari sisi "contoh" buat mereka yang seprofesi. bukan cuma karena orang itu pantas mati. mau orang itu mati apa gak itu urusan dia sama agamanya. tapi kematian dia dibawah hukum, itu harusnya jadi pukulan supaya dia gak dicontoh sama siapa pun.
tapi balik lagi, selama HAM berbicara, HAM membela. nyawa lebih berharga dari apa pun, dan pembunuhan dalam alasan apa pun harus dihindari.
mungkin kasar kalo ane ngomong "apa artinya 6 nyawa dibanding nyawa dan masa depan mereka yang konsumsi narkoba"
HAM itu ngebela fakta yang ada di depan mata, bukan fakta yang akan kejadian di masa depan. HAM baru ngebela para pemadat kalo mereka gak dapet layanan yang sesuai atau dikucilkan atau gak dapet kerjaan. tapi gak sekarang pas mereka diem aja.
HAM kerja karena manusia adalah makhluk yang harus dihormati tanpa pandang bulu. jaman barbar dan penyiksaan mungkin udah lewat, tapi hukum gak pernah berubah... yaitu keras kepada yang salah. benar kalo dibilang penjara tujuannya mendidik si kriminal, tapi eksekusi mati itu tujuannya untuk mendidik kriminal lain.
tapi eksekusi yang sekarang itu karena grasi ditolak... pas era SBY, grasi kriminal narkoba masih diterima, sekarang pas Jokowi, enggak lagi. perbedaan pendapat ini yang harusnya ditanya kenapa. apa hukum dan undang mau diubah lagi, atau diperkeras karena sebelumnya masih lembek.
penarikan dubes dari negara sahabat adalah wajar. terutama kalo selama ini Indonesia dilihat hukumnya lemah tapi tiba2 keras.
jokowi lagi 'bunuh2in' orang... taruhannya masa depan bangsa.
ya contoh buktinya yang kasus tabrakan pondok indah. gak ada narkoba masih sadar itu orang. indonesia jadi siaga narkoba, gembong2 pada dilirik berita semua.
udh dari dulu kan banyak yg komen minta deksekusi aja gembong dan mafia narkoba. giliran di iyain knp pd gak mau?
yg hrs dibasmi itu bosnya. antek2 bisa dicari... banyak org mau diiming2 duit gede. urusan perut bisa bikin akal sehat buyar. tp bos2nya itu bibit utama yg harus diutamain.
kalo sindikat narkoba mau diberantas memang harus dari akarnya, yaitu lewat bosnya. tapi gak nutup kemungkinan kalo pengedar kroco2nya bisa aja kelak jadi bos.
lagi anget makanya unjuk kebolehan :) tunggu adem aja ntar situasi berubah sedikit banyak. biasanya sih gitu... liat aja berita KPK sekarang, karena hot apa aja tentang KPK disorot.
bagaimana tentang gerakan kumpul koin untuk tony abbott? berlebihan apa wajar? di satu sisi, pemimpin yang negaranya pernah nyumbang demi kemanusiaan sekarang kesannya pamrih, tapi di satu sisi, itu memang kerjaan dia (melindungi hak warga negaranya untuk hidup).
apa pun tindakannya, sekalinya dimulai, pasti ada akhirnya. dan sebelum berakhir, bisa jadi ada yang kedua ketiga dst. eksekusi mati pernah dilakukan, dan akan ada kelanjutannya. kalau permintaan australia disetujui, akan ada juga pengedar lainnya yang kena dispensasi.
wajar aja sih marah. kesannya meremehkan indonesia gak bisa ngebantu diri sendiri :x karena ketangkepnya di indonesia, wajar dong kalo peraturan indonesia diterapin, kalo gak, orang lain di negara luar bakal nganggep kalo peraturan kita bisa dimainin, terutama sama negara yang lebih besar.
6 terpidana mati kasus narkoba dieksekusi mati di nusa kembangan dini hari tanggal 18 januari 2015. lima terpidana dieksekusi di Pulau Nusakambangan dan satu terpidana di Boyolali, Jawa Tengah.
Ini daftar nama para terpidana yang dieksekusi:
1. Namaona Denis (48), warga negara Malawi, diputus PN pada 2001. Grasi ditolak pada 20 Desember 2014.
2. Marco Archer Cardoso Moreira (53), warga negara Brasil, diputus PN pada 2004.
3. Daniel Enemuo alias Diarrassouba Mamadou (38), warga negara Nigeria, diputus PN pada 2004 dan grasi ditolak 30 Desember 2014.
4. Ang Kiem Soei alias Kim Ho alias Ance Tahir alias Tommi Wijaya (52), warga negara tidak jelas. Lahir di Fak-Fak Papua, mengaku sebagai pedagang, grasinya ditolak 30 Desember 2014.
5. Tran Thi Bich Hanh (37), warga negara Vietnam, tidak mengajukan kasasi dan permohonan grasinya ditolak pada 30 Desember 2014.
6. Rani Andriani alias Melisa Aprilia, WNI asal Cianjur, Jawa Barat. Pekerja tidak jelas, diputus PN pada 2000. Grasi ditolak 30 Desember 2014.
mulai sore sehari sebelumnya, para terpidana sudah tidak bisa dikunjungi keluarga, pengacara ataupun perwakilan kedubes negara.masing2. mereka dimasukan di ruang isolasi dengan rohaniawan dan psikiater
setelah eksekusi, jenazah dikebumikan, dikremasi dan dikirim ke keluarga atau sesuai keinginan mereka sebelum mati.
tragis dan memang seram dengerinnya. apa inilah keadilan yang diharapkan selama ini? apa ini yang diinginkan masyarakat?
semua yang ada hubungannya sama manusia pasti disangkut-pautin sama HAM. gak ada contoh yang lebih ampuh untuk membuat orang yang lain jera selain melihat hukuman mati.
menurut saya, hukuman mati di jaman modern sekarang ini memang dikurangi karena alesan HAM tadi, tapi coba posisikan diri anda ke posisi keluarga yang pernah kedapatan anggotanya terjerumus, mati, ataupun gak punya masa depan karena narkoba. di satu sisi, memang hukuman mati kesannya tidak manusiawi, tapi efektif buat contoh pencegahan, dan SANGAT MANUSIAWI kalo dibanding sama hukuman mati di jaman dahulu kala.
disini saya gak bilang saya pro, tapi dari kondisi yang ada, hukuman mati memang layak.
antara setuju dan gak setuju.
selama ini hukum di indonesia terbilang lembek. selama ini yang bener2 pantes mati itu teroris seperti pelaku bom bali. tapi kriminal lainnya seperti rampok, pemerkosa, koruptor, narkoba, dll cuma dapet hukum pidana sekian tahun belum dipotong bonus dan korting2an. ini sama sekali gak ada bikin efek jera... baik buat si pelaku itu sendiri, maupun orang lain yang seprofesi.
hukum mati harusnya dilihat dari sisi "contoh" buat mereka yang seprofesi. bukan cuma karena orang itu pantas mati. mau orang itu mati apa gak itu urusan dia sama agamanya. tapi kematian dia dibawah hukum, itu harusnya jadi pukulan supaya dia gak dicontoh sama siapa pun.
tapi balik lagi, selama HAM berbicara, HAM membela. nyawa lebih berharga dari apa pun, dan pembunuhan dalam alasan apa pun harus dihindari.
mungkin kasar kalo ane ngomong "apa artinya 6 nyawa dibanding nyawa dan masa depan mereka yang konsumsi narkoba"
HAM itu ngebela fakta yang ada di depan mata, bukan fakta yang akan kejadian di masa depan. HAM baru ngebela para pemadat kalo mereka gak dapet layanan yang sesuai atau dikucilkan atau gak dapet kerjaan. tapi gak sekarang pas mereka diem aja.
HAM kerja karena manusia adalah makhluk yang harus dihormati tanpa pandang bulu. jaman barbar dan penyiksaan mungkin udah lewat, tapi hukum gak pernah berubah... yaitu keras kepada yang salah. benar kalo dibilang penjara tujuannya mendidik si kriminal, tapi eksekusi mati itu tujuannya untuk mendidik kriminal lain.
tapi eksekusi yang sekarang itu karena grasi ditolak... pas era SBY, grasi kriminal narkoba masih diterima, sekarang pas Jokowi, enggak lagi. perbedaan pendapat ini yang harusnya ditanya kenapa. apa hukum dan undang mau diubah lagi, atau diperkeras karena sebelumnya masih lembek.
penarikan dubes dari negara sahabat adalah wajar. terutama kalo selama ini Indonesia dilihat hukumnya lemah tapi tiba2 keras.
jokowi lagi 'bunuh2in' orang... taruhannya masa depan bangsa.
ya contoh buktinya yang kasus tabrakan pondok indah. gak ada narkoba masih sadar itu orang. indonesia jadi siaga narkoba, gembong2 pada dilirik berita semua.
udh dari dulu kan banyak yg komen minta deksekusi aja gembong dan mafia narkoba. giliran di iyain knp pd gak mau?
yg hrs dibasmi itu bosnya. antek2 bisa dicari... banyak org mau diiming2 duit gede. urusan perut bisa bikin akal sehat buyar. tp bos2nya itu bibit utama yg harus diutamain.
kalo sindikat narkoba mau diberantas memang harus dari akarnya, yaitu lewat bosnya. tapi gak nutup kemungkinan kalo pengedar kroco2nya bisa aja kelak jadi bos.
polisi lagi disorot gara2 kasus ini. pada demen nangkep2in bandar2 skrg.
dulu kemana aja ya? hehe
lagi anget makanya unjuk kebolehan :) tunggu adem aja ntar situasi berubah sedikit banyak. biasanya sih gitu... liat aja berita KPK sekarang, karena hot apa aja tentang KPK disorot.
bagaimana tentang gerakan kumpul koin untuk tony abbott? berlebihan apa wajar? di satu sisi, pemimpin yang negaranya pernah nyumbang demi kemanusiaan sekarang kesannya pamrih, tapi di satu sisi, itu memang kerjaan dia (melindungi hak warga negaranya untuk hidup).
apa pun tindakannya, sekalinya dimulai, pasti ada akhirnya. dan sebelum berakhir, bisa jadi ada yang kedua ketiga dst. eksekusi mati pernah dilakukan, dan akan ada kelanjutannya. kalau permintaan australia disetujui, akan ada juga pengedar lainnya yang kena dispensasi.
wajar aja sih marah. kesannya meremehkan indonesia gak bisa ngebantu diri sendiri :x karena ketangkepnya di indonesia, wajar dong kalo peraturan indonesia diterapin, kalo gak, orang lain di negara luar bakal nganggep kalo peraturan kita bisa dimainin, terutama sama negara yang lebih besar.